Search

Selasa, 03 April 2012

Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak jadi naik, harga kebutuhan pokok yang sudah terlanjur naik dan tidak mau turun lagi


Meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak jadi naik,  harga kebutuhan pokok yang sudah terlanjur naik dengan adanya isu kenaikan BBM dan sulit kembali turun, demikianlah kondisi yang ada di masyarakat kita saat ini.
Rakyat mengeluhkan tingkat harga-harga yang ogah turun lagi. Ibu-ibu rumah tangga mengaku deg-degan dan justru merasa susah  dan tidak nyaman karena BBM tidak  jadi naik 1 April lalu.  ''Hal ini juga dikeluhkan oleh para pedagang kecil. Karena sekarang harga semua bahan kebutuhan pokok seperti gula, mentega, cabe, minyak  goreng dan lain-lain sudah gila-gilaan. Ini pasti ulah spekulan.  Nanti kalau BBM naik, tentu harga barang-barang akan semakin naik lagi. Kondisi ini sangat mengacaukan cash flow kami,''tutur dia.

Klo sudah seperti ini siapa yang mau bertanggung jawab…? Alih-alih mo mensejahterakan masyarakat kecil malah membuat masyarakat makin sengsara.
Sadar akan kondisi saat ini makanya Ibu-ibu rumah tangga dengan tegas menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM dan menuntut pemerintah melindungi kehidupan rakyat termasuk perempuan, anak-anak dan lansia agar dapat hidup secara layak dan bermartabat.

"Kenaikan harga BBM merupakan suatu tindakan yang dapat membuat rakyat hidup di bawah standar kelayakan, hal ini merupakan bagian dari kegagalan negara menjamin pemenuhan hak warganya. Jika Sebelum BBM Naik anak-anak mereka dapat makan tiga kali sehari, dengan naiknya harga BBM maka anak-anak mereka hanya dapt makan dua kali sehari, Jika sebelum BBM naik anak-anak mereka dapat memperoleh uang jajan dua ribu rupiah, tapi karena kenaikan BBM anak-anak mereka tidak dapat lagi memperoleh uang jajan, demikain menurut seorang ibu rumah tangga di tanjung uban saat menyampaikan orasinya mewakili ibu-ibu rumah tangga Menolak Kenaikan Harga BBM. Dalam sebuah diskusi 'Mengapa Ibu-ibu Harus Menolak Kenaikan Harga BBM'.
Menurut mereka, Ibu-ibulah yang merupakan kelompok yang paling merasakan dampak dari kenaikan harga BBM. Pasalnya, Ibu-ibulah yang lebih banyak mengatur kebutuhan rumah tangga ditengah harga kebutuhan pokok merangkak naik dan daya beli yang menurun. "Ibu-ibu, anak dan lansia berisiko menanggung dampak terberat di dalam keluarga.

Selain itu, kondisi distribusi relasi kuasa sosial yang timpang gender akan tetap menjadikan Ibu-ibu sebagai pihak yang dihadapkan pada tekanan psikis akibat kenaikan harga BBM. "Ibu-ibu mendapatkan tekanan psikis paling berat.
Bagaimana tidak kenaikan harga BBM akan berdampak menurunnya daya beli dan kualitas hidup, menurunnya kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan spesifik seperti kesehatan reproduksi dan hak anak untuk belajar dan bermain.
Jadi hal itu bisa meningkatkan risiko kekerasan dalam berbagai bentuk sebagai dampak lanjutan dari peningkatan beban hidup. Oleh karena itu pemerintah harus melindungi kehidupan rakyat tertmasuk perempuan, anak dan lansia.
Persoalan kenaikan harga BBM akan memicu meningkatnya persoalan yang lebih luas bagi persoalan ekonomi maupun sosial politik yang lain.

<Salam Perjuangan>